Sistem kalender Cina masih digunakan hingga kini, khususnya oleh masyarakat Tionghoa. Kalender Cina digunakan untuk menentukan hari besar Imlek atau hari besar lainnya.
Menurut sejarah yang ada, yang dilansir dari Zenius.net kalender Cina telah ada sejak 3.500 tahun lalu. Kalender Cina memiliki sejarah yang panjang hingga akhirnya banyak tersebar di berbagai negara di dunia termasuk Indonesia.
Sejarah Imlek dan Kalender Cina
Menurut bahasa Hokkien, ‘imlek’ memiliki arti ‘kalender bulan’. Sehingga dapat diartikan bahwa tahun baru Imlek merupakan tahun baru yang dihitung berdasarkan kalender bulan.
Berawal dari masa Dinasti Xia (2070-1600 Sebelum Masehi) ketika itu belum ditemukan alat untuk mengamati bulan. Padahal para petani pada masa itu membutuhkan strategi untuk menentukan waktu yang tepat untuk membajak, menabur benih, menanam, hingga panen.
Kemudian muncul sebuah pemikiran bahwa petani membutuhkan waktu 29,5 hari untuk pergantian bulan baru, dan 12 putaran bulan membutuhkan 354 hari. Dari pemikiran tersebut kemudian muncul kalender bulan.
Dinasti Shang (1600-1046 SM)
Pada masa Dinasti Shang, kalender bulan masih digunakan. Ketika itu masyarakat telah mengenal perayaan Imlek. Mereka memiliki tradisi khusus dalam menyambut tahun baru. Masyarakat mengadakan upacara pengorbanan untuk menghormati dewa dan leluhur pada awal atau akhir setiap tahun.
Dinasti Zhou (1046–256 SM)
Pada dinasti sebelumnya Imlek selalu dirayakan dengan adanya upacara. Kemudian pada Dinasti Zhou mulai muncul istilah Nian (tahun). Kebiasaan masyarakat pada masa tersebut dalam menyambut Imlek adalah dengan mempersembahkan korban kepada leluhur atau dewa, dan menyembah alam untuk memberkati panen pada pergantian tahun.
Dinasti Han (202 SM – 220 M)
Perayaan Imlek terus berlangsung hingga masa Dinasti Han. Bahkan pada masa Dinasti Han ini mulai ditetapkan tanggal festival, hari pertama bulan pertama dalam kalender lunar Tiongkok. Perayaan menjadi semakin meriah dengan adanya tradisi membakar bambu untuk membuat suara retak yang keras.
Dinasti Wei dan Jin (220–420)
Pada masa Dinasti Wei dan Jin perayaan Imlek tak hanya dilakukan dengan cara menyembah dewa dan leluhur. Pada masa ini masyarakat memiliki kebiasaan keluarga berkumpul untuk membersihkan rumah, makan malam, dan begadang.
Dinasti Tang, Song, dan Qing
Perayaan Imlek menjadi semakin meriah pada masa Dinasti Tang, Song, dan Qing. Masyarakat mulai memiliki kebiasaan baru yang membuat Imlek menjadi semakin meriah.
Pada masa ini, masyarakat senang menyalakan petasan, mengunjungi sanak saudara dan teman, serta makan hidangan siomay. Semua hal tersebut adalah bagian penting dalam perayaan Imlek.
Selain itu, ada juga kegiatan lain yang tak kalah meriah dan menghibur. Diantaranya adanya pertunjukan tarian naga dan singa selama Pameran Kuil dan pertunjukan lampion.