Sebagai salah satu suku asli Indonesia Jawa memiliki beragam kebudayaan. Kebudayaan tersebut merupakan warisan dari nenek moyang dan leluhur yang wajib dilestarikan.
Salah satu kebudayaan masyarakat Jawa adalah sistem penanggalan Jawa. Sistem penanggalan Jawa perlu dipelajari dan dilestarikan oleh generasi milenial agar tidak punah.
Dalam artikel ini akan dibahas lengkap tentang sistem penanggalan Jawa, mengenal apa itu weton, pasaran, windu, lambang, dan sadwara.
Asal Usul Penanggalan Jawa
Dilansir dari Wikipedia, pada masa Kesultanan Mataram, sistem penanggalan Jawa mulai resmi digunakan. Kesultanan Mataram memiliki dua sistem penanggalan yaitu Masehi dan Jawa. Penanggalan Masehi digunakan untuk keperluan surat menyurat sementara penanggalan Jawa digunakan untuk berbagai keperluan penyelenggaraan upacara adat kerajaan.
Pada mulanya kalender Jawa diciptakan pada masa pemerintahan Sultan Agung (1613–1645). Kalender ini diciptakan dengan perpaduan antara kalender Saka dan kalender Hijriah.
Istilah dalam Kalender Jawa
Dalam kalender Jawa, dikenal beberapa istilah seperti weton, pasaran, windu, lambang, dan sadwara. Istilah tersebut memiliki makna tertentu dan juga kerap digunakan untuk memperhitungkan sesuatu. Misalnya untuk memperhitungkan hari dan tanggal baik untuk melangsungkan pernikahan, pindah rumah, dan lainnya.
Berikut ini beberapa istilah yang ada dalam kalender Jawa.
- Weton
Weton dapat diartikan sebagai hitungan hari lahir seseorang yang dapat digunakan untuk patokan dalam meramalkan sesuatu. Biasanya digunakan untuk meramalkan jodoh, kehidupan seseorang, dan juga karakter orang tersebut.
- Pasaran
Siklus mingguan dalam kalender Jawa terdiri dari 5 hari pasaran atau pancawara yaitu Pahing, Pon, Wage, Kliwon, dan Legi. Sehingga dapat dikatakan bahwa pasaran atau pancawara merupakan nama hari yang ada dalam kalender Jawa dan masih banyak digunakan sekarang ini.
- Windu
Windu dalam kalender Jawa diartikan sebagai selang waktu selama 8 tahun. Dalam satu windu terdiri dari delapan tahun dengan nama tahun: Alip, Ehe, Jimawal, Je, Dal, Be, Wawu, dan Jimakir. Selain itu, Windu juga terdiri dari empat siklus yaitu Windu Adi, Kunthara, Sengara, dan Sancaya.
- Lambang
Lambang dalam sistem penanggalan Jawa dapat diartikan sebagai jarak waktu 8 tahunan. Ada 2 macam Lambang, yaitu Langkir (8 tahun) dan Kulawu (8 tahun).
Siklus total dari Lambang yaitu 16 tahun. Untuk mengetahui pergantian Lambang satu dengan Lambang yang lain ditentukan pada setiap tanggal 1 Suro tahun Alip.
- Sadwara
Dalam sistem penanggalan Jawa, selain mengenal 5 hari pasaran atau yang disebut Pancawara, juga digunakan siklus enam hari yaitu Sadwara. Nama hari yang ada dalam siklus Sadwara yaitu Aryang, Urukung, Paniron, Was, Maulu, dan Tungleh.
Demikian informasi tentang penanggalan Jawa beserta beberapa istilah di dalamnya. Sebagai generasi penerus, mempelajari serta melestarikan kebudayaan merupakan hal yang harus dilakukan. Tujuannya adalah agar kebudayaan tersebut tidak punah.