Tidak ada komentar

Larangan – Larangan pada Tanggal Jawa yang Harus Diketahui

Lagi-lagi tanggalan jawa, tanggalan jawa tentunya kalian bisa temukan di kalender jawa. Kalender jawa? ya, betul ! kalender yang penghitungannya cukup rumit karena menggabungkan dua siklus yaitu siklus mingguan dan siklus pancawara. Selain itu kalender juga merupakan penggabungan budaya jawa, hindu budha dan sedikit budaya barat.

Sejarah Tanggalan Jawa

Kalender jawa disebut sebut sebagai  sangkan paraning bawana yang bisa dikatakan bahwa kalender jawa diciptakan dari asal usul isi semesta tercinta kita.

Tanggalan jawa banyak disebutkan pula sebuah dhawuh dari Sultan agung dari kerajaan mataram salah satu faktornya adalah sebagai bentuk dakwah penyebaran agama islam. Tanggalan jawa atau kalender jawa juga masih dijadikan sebagai acuan untuk memilih hari hajat oleh suku jawa, selain itu katanya mampu melihat masa depan dan kepribadian.

Dhawuh Sultan agung ini dilakukan pada hari Jumat Legi saat Tahun Baru Saka 1555 yang ternyata tepat pada 1 Muharram 1043 H. Isi detail dari Dhawuh yang dimaksud adalah perintah perubahan penggunaan penanggalan dari saka ke tanggalan jawa.

Selain sistem penanggalan yang berubah, tentu ada beberapa hal lain yang harus disesuaikan yaitu penyesuaian nama bulan dan hari, maka sebelum ke larangan-larangan di tanggal jawa mari kita pelajari nama bulan jawa terlebih dahulu. Nama bulan di kalender jawa menurut buku Petangan Jawi adalah sebagai berikut :

Sura (awal tahun dari bulan jawa)

Bulan Sura bertepatan dengan Bulan Muharram dalam kalender islam, itu sebabnya nama sura diambil dari perayaan asyura di tanggal 10 Muharram.

Sapar

Bulan kedua di tanggalan jawa ini berarti sebuah perjalanan yang bersumber dari kalender hijriyah yang berjumlah 29 hari. 

Mulud

Bulan ketiga kalender jawa ini bertepatan dengan Rabiul Awal, bulan berjumlah 30 hari ini biasanya tempat mengadakannya acara perayaan maulid Nabi Muhammad saw.

Bakdamulud

Bakdamulud atau bulan setelah mulud bertepatan dengan rabiul akhir pada kalender islam.

Jumadilawal

Jumadilawal yang merupakan bulan ke lima dan memiliki jumlah hari 30, bulan dimana terjadinya peperangan hingga pernikahan Rasulullah. 

Jumadilakhir

Jumadilakhir bulan keenam yang memiliki hari sebanyak 29 hari ini, di bulan ini terjadinya perang yarmuk.

Rejeb

Bulan ke 7 yang berjumlah 30 hari ini oleh masyarakat jawa banyak dijadikan bulan untuk pernikahan karena diyakini memiliki banyak berkah.

Ruwah

Bulan ruwah atau sya’ban ini bulan yang terletak sebelum ramadhan, bulan dicatatnya amal-amal ruh. Bulan ruwah ini banyak dijadikan bulan untuk mengunjungi makam. Bulan ini sebagai bulan pencatatan ama roh selama sya’ban.

Pasa/ Poso

Bulan yang hadir bertepatan dengan bulan ramadhan.

Sawal

Bulan digelarnya syukuran atas berakhirnya bulan puasa yaitu dengan perayaan Grebeg Gunungan Syawal.

Dulkaidah

Bulan dengan 30 hari ini disebut juga bulan apit atau bulan sela. Bulan antara perayaan Grebeg Keraton.

Besar

Pada bulan ini, masyarakat jawa melakukan tradisi Grebeg Gunungan Besar.

Larangan pada Tanggalan Jawa

Banyak Orang mengaitkan suku jawa tidak jauh dari mistis,Namun sejatinya memang betul. Dominan orang jawa masih sangat lengket dengan kebudayaan leluhur, dan berikut beberapa hal pantangan yang masih diyakini di tanggalan jawa tertentu :

  • Pada tanggal satu bulan suro, banyak dikatakan gerbang dimensi ghaib terbuka, dan lelembut diberi kebebasan untuk menggoda manusia yang tidak eling dan kurang waspada. Beberapa hal yang masih diyakini tidak boleh dilakukan pada khususnya bulan sura :
  • Dilarang mengadakan acara pernikahan atau hajat lainnya, banyak yang mengatakan apabila acara dipaksakan dilakukan bulan ini ada banyak kemungkinan buruk yang terjadi seperti perceraian, kematian dsb. Bulan yang dimaksud adalah bulan suro, sapar, mulud, dan beberapa bulan lainnya.
  • Pada bulan sura dilarang membangun atau pindah rumah, diyakini rumah barunya akan membuat seret rezeki dan hal buruk lainnya.
  • Dilarang keluar rumah khususnya malam hari, sebagai bentuk penghormatan pada leluhur yang datang ke rumah di bulan sura.

Selain larangan, ada banyak juga keutamaan bulan-bulan jawa. Namun sebagai manusia kita perlu mengimbangi segala informasi dan ajaran yang ada baik dari agama ataupun kebudayaan. Segala hal yang telah turun temurun memiliki tujuan baik, jangan sampai niat baik manusia pun luntur.

Ada baiknya kita mampu mengkombinasi serta memfilter segala ajaran, baik ajaran agama maupun budaya sebagai bentuk pencapaian hidup yang nyaman dan tidak melenceng. Begitupun dengan adanya keutamaan dan larangan pada tanggalan jawa yang sudah turun temurun, ada bukan tanpa alasan namun memiliki sejarah dan juga tujuan baik para pendahulu.

Sebagai manusia berbudaya dan umat beragama kita mampu hidup dengan beriringan dan seimbang dalam menyikapi segala hal yang telah ada sedari kita belum lahir.

 

You might also like

More Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Fill out this field
Fill out this field
Mohon masukan alamat email yang sah.
You need to agree with the terms to proceed